BANYUWANGI - Pemerintah Kabupaten Banyuwangi melakukan pengecekan kondisi persawahan Palawija di Desa Dadapan, Kecamatan Kabat, pada Rabu (1/11/2023).
Bupati Ipuk memiliki tujuan jelas yakni memastikan para petani di wilayah ini mendapatkan pasokan air yang cukup untuk menjaga tanaman mereka hidup selama kemarau berkepanjangan tahun ini.
Sambil berada di lahan persawahan tempat para petani menanam ubi jalar, Bupati Ipuk menjelaskan bahwa tanaman palawija seperti ubi jalar merupakan salah satu komoditas yang tidak membutuhkan banyak air untuk tumbuh.
Meskipun wilayahnya sudah lama tidak mendapatkan hujan, para petani masih dapat mengalirkan air ke petak-petak sawah mereka dengan bantuan pompa.
Menurut Bupati Ipuk, Dinas Pengerjaan Umum Pengairan Kabupaten Banyuwangi telah mengatur skema pembagian air dari dam-dam ke wilayah persawahan.
"Dinas PU Pengairan sudah mengatur pembagian air untuk kebutuhan petani, mudah-mudahan mencukupi sampai mereka semua panen," kata Ipuk.
Selain palawija, para petani di Banyuwangi juga menanam padi selama musim tanam kemarau kali ini. Bupati Ipuk mengilustrasikan cara pendistribusian air di Dam Karangdoro, Kecamatan Tegalsari, yang memiliki kapasitas air baku sebesar 4 ribu liter per detik. Air dari dam ini dialirkan secara bergantian setiap tiga hari ke tiga wilayah kecamatan, yaitu Pesanggaran, Cluring, dan Bangorejo.
Tiga wilayah ini merupakan pusat lahan pertanian di Banyuwangi, dengan seperempat dari total luas lahan persawahan berada di sana. "Jadi di sana, tiga hari tiga malam air dari dam dialirkan ke Pesanggaran, kemudian tiga hari tiga malam berikutnya ke Bangorejo, dan seterusnya," tambah Ipuk.
Bupati Ipuk mengungkapkan harapannya bahwa para petani di Banyuwangi akan tetap tenang menghadapi musim kemarau berkepanjangan yang disebabkan oleh fenomena El Nino. Dia menegaskan bahwa Pemerintah Kabupaten akan berupaya semaksimal mungkin agar seluruh lahan persawahan di wilayah ini mendapatkan pasokan air yang cukup.
"Saya berharap warga dan para petani tidak terprovokasi oleh isu-isu yang membuat mereka berebut air. Kami akan berusaha untuk mencukupi kebutuhan air para petani di Banyuwangi," ungkapnya.
Kepala Dinas PU Pengairan Kabupaten Banyuwangi, Guntur Priambodo, juga turut memberikan komentarnya. Dia menyatakan bahwa El Nino memiliki dampak yang cukup signifikan pada persediaan air di beberapa dam di Banyuwangi. Penurunan air di beberapa dam telah mencapai sekitar 50 persen dalam sebulan terakhir. Salah satu contoh nyata adalah debit air di Dam Karangdoro yang saat ini hanya berada di kisaran 4 meter kubik, padahal sebulan sebelumnya mencapai 8 meter kubik. Meski demikian, hingga saat ini, Dinas PU Pengairan belum menerima laporan adanya petani yang kekurangan pasokan air.
Salah satu solusi yang diambil adalah skema pendistribusian air bergilir. Guntur Priambodo berharap para petani akan terus mendapatkan pasokan air ke sawah masing-masing hingga musim penghujan tiba.
Plt Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Banyuwangi, Ilham Juanda, juga memberikan pandangannya terkait situasi ini. Dia mengungkapkan bahwa kemarau berkepanjangan telah menyebabkan penurunan luas tanam padi di Banyuwangi sekitar 5 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya.
"Luas tanaman padi tahun lalu periode yang sama di Banyuwangi mencapai 110 ribu hektare. Prakiraan, dari jumlah tersebut akan berkurang sekitar 5 persen akibat El Nino," kata Ilham.
Meski demikian, Ilham menyebut bahwa penurunan tingkat produktivitas akan lebih rendah dibandingkan dengan luasan lahan yang berkurang. Hal ini disebabkan oleh penggunaan bibit unggulan dan pemanfaatan teknologi pertanian yang lebih masif oleh banyak petani padi saat ini. "Jadi jika dihitung dari tingkat produktivitas, penurunan berdasarkan perhitungan kami hanya sekitar 2 persen. Tahun lalu, produktivitas padi sekitar 6,5 ton gabah kering per hektare," tambah dia.
Dengan upaya keras dan kerjasama dari semua pihak terkait, Banyuwangi berharap dapat mengatasi tantangan kemarau berkepanjangan ini dan menjaga kesejahteraan petani di wilayah ini.