Daerah

Perjalanan Septian Pamungkas di PT BSI

Perjalanan Septian Pamungkas di PT BSI

Banyuwangi - Terjalinnya hubungan yang baik antara perusahaan dengan karyawan menjadi salah satu atensi khusus dari PT Bumi Suksesindo (PT BSI). Perusahaan tambang emas yang beroperasi di Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur ini, menjaga dan menguatkan hubungan industrial yang baik antara karyawan dengan perusahaan. 

Selama ini hubungan industrial antara perusahaan dan pekerja di Indonesia seringkali tak harmonis. Gesekan dan konflik kepentingan sering terjadi. Dalam konteks ini, kehadiran seorang Senior Supervisor Industrial Relationship seperti Septian Pamungkas sangat dibutuhkan.

Dia bekerja di antara dua kutub kepentingan, yakni perusahaan dan pekerja, serta menjaga harmoni di antara mereka. “Perusahaan didirikan tentu ingin mendapatkan profit sebesar-besarnya. Di sisi lain pekerja ingin mendapatkan kesejahteraan yang layak,” kata pria kelahiran Porolinggo, Banyuwangi, pada 1989 silam ini.

Tak semua kebijakan perusahaan bisa diterima pekerja. Di sinilah tugas Septian untuk berkomunikasi dengan karyawan, khususnya melalui perwakilan serikat pekerja. Dia juga mengontrol perilaku karyawan, sekaligus melakukan penegakan disiplin saat ada penyimpangan dari ketentuan yang berlaku. Bahkan dia berani bersikap tegas saat ada jajaran manajemen yang bersikap diskriminatif terhadap Pekerja.

Septian berusaha berdiri tegak di atas ketentuan regulasi normatif. “Sepanjang itu sesuai koridor yang ada dan berlaku serta tidak menyalahi aturan normatif, maka saya mendukung,” katanya.

Posisi dan prinsip ini seringkali membuat Septian disalahpahami dan seringkali dimusuhi oleh serikat pekerja. “Saya meyakinkan ke teman-teman bahwa saya orang yang normatif. Jika ada yang bertentangan dengan undang-undang, saya akan bersuara. Tapi sejauh ini PT BSI tidak punya dosa normatif. PT BSI selalu taat dengan aturan-aturan pemerintah,” katanya.

Septian memetakan karakter setiap pengurus serikat pekerja, mulai dari gaya komunikasi hingga kesukaan. Dia selalu berusaha berinteraksi dengan pekerja, termasuk mengikuti aktivitas yang disukai mereka. “Dari situ, karena mereka sudah mulai merasa nyaman, komunikasi terbentuk, tumbuh kepercayaan, dan akhirnya bisa dikatakan harmonisasi tercipta,” katanya.

Proses ini butuh waktu tak sebentar. Septian menjalaninya dengan sabar. Dari sana timbul rasa hormat antarkedua belah pihak. Septian bisa diterima dan berbicara dengan para pekerja dalam konteks yang lebih bersahabat, tanpa ada prasangka. 

Sejauh ini relatif tidak ada konflik tajam antara perusahaan dengan pekerja. Bahkan perjanjian kerja bersama yang disebut Septian sebagai konstitusi di BSI bisa ditandatangani dan dijalankan dengan kepatuhan tinggi meskipun perundingannya sempat berjalan alot. “Memanusiakan para pekerja adalah keniscayaan,” kata Septian. (*)